INTEGRITY
PROFESSIONALISM
ENTREPRENEURSHIP
Language

Publication - December 2022

Jelang Tahun Baru 2023,

Apa Kabar Resesi?

 

Menjelang awal tahun 2023, dunia dihebohkan dengan isu resesi. Pandemi Covid-19 yang belum usai sepanjang 2022 diwarnai dengan konflik geopolitik, kelangkaan energi, serta tingginya inflasi menjadi faktor utama munculnya potensi resesi di tahun mendatang.

 

Resesi secara umum dapat dipahami sebagai kondisi memburuknya perekonomian negara yang ditandai dengan penurunan PDB (Produk Domestik Bruto) dan peningkatan angka pengangguran. Ada beberapa dampak utama resesi yang dirasakan oleh masyarakat, seperti

  1. Kenaikan harga barang, angka PHK, dan pengangguran 
  2. Berkurangnya pendapatan perusahaan dan masyarakat
  3. Tingginya risiko investasi
  4. Potensi peningkatan utang negara
 

Sejarah mencatat bahwa resesi maupun krisis moneter pernah dialami dunia dan Indonesia. Dalam 50 tahun terakhir, stagflasi pernah melanda pada negara barat dan meluas secara global akibat embargo minyak terhadap Amerika Serikat di tahun 1970. Demikian juga resesi tahun 2008 terjadi akibat bubbling economy dari sektor properti atau dikenal dengan subprime mortgage. Krisis ini berpusat di Amerika Serikat dan menyebar ke berbagai negara akibat kedudukannya sebagai poros pasar global. Indonesia sendiri tidak terdampak hebat dari resesi 2008, namun pernah mengalami krisis moneter hebat di tahun 1998. Ketidakstabilan politik tanah air dan gejolak ekonomi berkontribusi terhadap tingginya harga pokok di berbagai daerah dan pelemahan nilai tukar yang menyentuh rekor Rp 16.800/US$ per 17 Juni 1998 (CNBC, 2022).

 

Kondisi Perekonomian Global dan Indonesia

Berdasarkan World Economic Outlook Oktober 2022, International Monetary Fund (IMF) memproyeksikan adanya perlambatan ekonomi seiring dengan peningkatan inflasi. Pertumbuhan ekonomi dunia akan melambat dari 6% di tahun 2021 menjadi 3,2% di tahun 2022 dan 2,7% di tahun 2023. Sementara itu, inflasi global meningkat dari 4,7% pada 2021 menjadi 8,8% pada 2022, namun membaik ke level 6,5% dan 4,1% di dua tahun berikutnya akibat upaya represif oleh berbagai pihak.

 

Kebijakan menekan inflasi, misalnya, secara masif dilakukan oleh The Fed selaku Bank Sentral Amerika. Sejak awal tahun, Amerika Serikat sebenarnya sudah menghadapi kenaikan inflasi, namun diperparah dengan konflik geopolitik Rusia-Ukraina yang mempengaruhi kestabilan rantai pangan dan energi serta kebijakan zero-Covid China. Akibatnya, tingkat suku bunga dinaikkan secara bertahap untuk menekan laju inflasi.  Kebijakan terbaru dilakukan pada 14 Desember 2022, di mana The Fed resmi menaikkan suku bunga pada rentang 4,25 - 4,5% yang tercatat paling tinggi dalam 15 tahun terakhir demi merespons inflasi yang masih tinggi.

 

Dari tanah air, Bank Indonesia selaku bank sentral awalnya meyakini bahwa suku bunga Indonesia akan tetap stabil mengingat tingkat inflasi yang masih terjaga. Akan tetapi, kenaikan harga komoditas global menyebabkan perubahan besar, bahkan angka inflasi Indonesia meroket di akhir tahun dengan puncak 5,95% pada September 2022. Bank Indonesia pada akhirnya ikut menaikkan suku bunga per Desember 2022 dari semula 3,5% kini menjadi 5,5% yang tentu berdampak pada industri dan masyarakat.

 

Market Outlook Indonesia 2023

Otoritas Jasa Keuangan menjelaskan bahwa potensi resesi tahun 2023 akan cenderung dialami oleh negara maju, alih-alih negara berkembang, seperti Indonesia. Riset yang dilakukan oleh lembaga keuangan terkemuka pun memberikan hasil serupa. Goldman Sachs menyebutkan bahwa potensi resesi paling kuat ada di Eropa dari inflasi sektor energi, sedangkan Amerika Serikat relatif mengalami pemulihan dengan upaya perbaikan masif yang dilakukan pemerintah.  Bahkan, riset dari J.P. Morgan menjelaskan potensi resesi tidak akan sebesar proyeksi IMF mengingat normalisasi ekonomi dan rantai pasokan China akan secara alami menekan inflasi global.

 

Ada beberapa faktor yang memperkuat resistensi Indonesia terhadap resesi:

  1. Ekonomi Indonesia tumbuh 5,72% pada Q3-2022
  2. Purchasing Manager Index (PMI) Indonesia di level 51,8 jika dibandingkan dengan rata-rata dunia < 50
  3. Neraca perdagangan Indonesia surplus selama 30 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.
  4. PDB Indonesia sudah menyentuh 7,1% akibat pemulihan UMKM dan perekonomian daerah.
 

Prospek Investasi

Isu resesi global tentunya tetap menjadi hal yang mengkhawatirkan mengingat efek domino yang dihasilkan ke berbagai negara. Akan tetapi, perlu diingat bahwa Indonesia mencatatkan kinerja dan posisi keuangan yang positif, sehingga secara umum akan memberikan sentimen positif dalam investasi di pasar modal. Berikut adalah tips investasi dan keuangan utama yang tetap wajib dilakukan untuk mengamankan diri di 2023:

  1. Mengelola keuangan dengan lebih ketat dan efektif
  2. Mempersiapkan dana darurat dan asuransi
  3. Mencari sumber pendapatan yang lebih sustainable
  4. Aktif mencermati sentimen pasar dalam berinvestasi

​

Sumber : 

  •